SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
- JUDUL
Judul PTK hendaknya dinyatakan
dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan
peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat,
jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan
sosok penelitian formal.
- LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar belakang permasalahan
ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu
melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik
yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka.
Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan
lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan
yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang
berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
- PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk
ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini.
Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah
yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan
yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di
luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh
identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti
dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu
nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan
perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara
konsisten tertampilkan.
- CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara
yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang
diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari
hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan
kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau
peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah
lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari
kemanfaatan penelitian formal.
- TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan
secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan
tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam
bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda
dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang
bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui
penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan
merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat
diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu
diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu
dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya
bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di
samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi
para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal,
kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan
prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
- KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan
substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti
dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu,
dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri
nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori
yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik
diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun
itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
- RENCANA PENELITIAN
- Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana
penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari
kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial
ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain
sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB
atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
- Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel
– variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input
yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur
evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses
pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya,
guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode
mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa
keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi
siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah
digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
- Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk
meningkatkan pembelajaran, seperti :
- Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.
- Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
- Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
- Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
- Data dan cara pengumpilannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan
jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun
dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar
untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif,
kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan
data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui
pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas
(termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan
digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran
hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam
prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku
PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata
sebagai sumber data.
Akhirnya semu teknologi pengumpulan
data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks
PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman
yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat
saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan
interpretasi data.
- Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur
keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan
verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi
kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam
bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang
tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan
perbaikan yang dimaksud.
- Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya
dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap
anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan
penelitian.
- JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun
dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
- RENCANA ANGGARAN
- Komponen – komponen pembiayaan
Rencana anggaran meliputi kebutuhan
dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.
Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam
setiap bidang adalah sebagai berikut :
- Persiapan
Kegiatan persiapan antara lain
meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan
pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan
data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.
- Kegiatan operasional di lapangan
Dalam kegiatan operasional dapat
tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi
resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan,
observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi,
perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.
- Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan yang termasuk dalam
bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan
konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil
penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan
dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris
- Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan
Biaya penelitian harus dirinci
berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari metodologi yang
dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas
namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan
output yang diharapkan.
- Beberapa patokan pembiayaan satuan kegiatan penelitian
- Honorarium
- Ketua Peneliti
- Anggota tim peneliti
- Tenaga Administrasi
Besarnya honorarium tergantung pada sumber pandanaan
- Bahan dan Peralatan penelitian
- Bahan habis pakai
- Alat habis
- Sewa alat
- Perjalanan
- Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan
- Transportasi local sesuai harga setempat
- Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan
- Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari
- Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari
- Laporan Penelitian
- Penggandaan
- Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris
- Pengiriman
- Seminar
- Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat
- Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK)
- Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut
urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh –
sungguh dipergunakan dalam penelitian.
LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian lampiran dapat berisi
curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut
memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di
bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih
maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK.
Hal – hal lain yang dapat
memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam
usulan penelitian ini.
Proposal PTK
PENGGUNAAN CD PENGAJARAN BICARA SEBAGI SUPLEMEN
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM
PRAKTEK PENGAJARAN BICARA KONSONAN S
PADA ANAK TUNARUNGU
Disusun Oleh :
Budi Susetyo,dkk
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2005
- Judul Penelitian :
Penggunaan CD pengajaran bicara
sebagai suplemen untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek
pengajaran bicara konsonan S pada anak Tunarungu
- Latar Belakang
Mata kuliah artikulasi merupakan
mata kuliah yang khusus diberikan pada mahasiswa spesialisasai anak tunarungu.
Mata kuliah ini mempunyai dua aspek sasaran yang ingin dicapai yaitu
pengetahuan tentang cara – cara pengajaran bicara dan keterampilan dalam
memperbaiki serta membentuk bicara pada anak tunarungu.
Mata kuliah artikulasi I berisikan konsep – konsep
dasar pembinaan bicara pada ank tunarungu. Oleh karena itu pada mata kuliah
artikulasi I lebih menekankan pada aspek kognitif. Pengetahuan diperlukan
sebagai dasar dalam mealkukan perbaikan bicara pada anak tunarungu. Sedangkan
mata kuliah artikulasi II lebih menekankan pada praktek penanganan bicara anak
tunarungu. Oleh karena itu aspek keterampilan mahasiswa dalam menangani anak
tunarungu lebih ditekankan.
Mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan artikulasi belum
menunjukkkan hasil yang memuaskan terutama dalam praktek penanganan dan
pembentukan bicara pada anak tunarungu. Hal ini tampak dari hasil yang
diberikan mahasiswa setelah melakukan praktek di lapangan. Pada umumnya mereka
mengalami kesulitan, sehingga dalam menagani dan memperbaiki bicara belum
memuaskan. Kondisi semacam ini jika dianalisis banyak faktor penyebabnya salah
satunya terbatasnya kemampuan mahasiswa dalam menggunakan audio visual dalam
pengajaran konsonan S pada anak tunarungu.
Menyadari banyak faktor yang dapat menjadi penyebab
terjadinya kekurang berhasilan, maka dalam pembelajaran mata kuliah artikulasi
perlu dikaji faktor utama yang memungkinkan sebagai penyebab kesulitan yang
dihadapi mahasiswa. Melalui pengkajian dapat ditemukan dan sekaligus ditentuakn
langkah – langkah untuk memperbaikinya. Berbagai upaya telah dilakukan dalam
memperbaiki system perkuliahan antara lain dengan memanfaatkan fasilitas
laboratorium semaksimal mungkin untuk simulasi, perubahan penyampaian materi
perkuliahan, penambahan waktu praktek lapangan. Beberapa usaha telah dilakukan,
tetapi belum menunjukkan hasil yang memuaskan, terutam adlam keterampilan
memperbaiki bicara anak. Atas dasar kenyataan yang demikian, maka perlu dicari
alternative lainnya dengan melakukan inovasi –inovasi baik dalam metode
penyampaian maupun penggunaan fasilitas laboratorium serta pemanfaatan multi
media untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menangani permasalahan
bicara terutama pembentukan konsonan S pada anak Tunarungu yang tidak dapat
bicara.
Peningkatan kualitas mahasiswa dapat dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dalam bidang pengetahuan dan bidang keterampilan.
Peningkatan dalam bidang pengetahuan dapat dilakukan dengan mengkaji berbagai
literature, memperhatikan perkuliahan dosen di kelas dan sebagainya.
Peningkatan dalam bidang keterampilan perlua adanya praktek dalam penanganan
dan pembentukan bicara pada subyek yang sesungguhnya yaitu anak tunarungu.
Kemampuan dalam bidang keterampilan perlu dilakukan secara sendiri –sendiri
oleh mahasiswa dengan praktek di lapangan. Penguasaan pengetahuan secara
teoritis diperlukan sebagai media untuk menguasai keterampilan secara praktis.
Satu kelemahan yang sering terjadi khususnya mahasiswa adalah penguasaan pada
bidang keterampilan atau pada aplikasi di lapangan. Penggunaan audio visual
dalam praktek pembentukan konsonan S pada anak tunarungu selama ini belum
banyak dilakukan oleh mahasiswa.
- Perumusan masalah
Permasalahan yang terjadi pada mata
kuliah artikulasi yaitu tidak adanya subyek (anak tunarungu) untuk praktek di
dalam kampus. Untuk mengatasi permasalahan diatas dilakukan praktek di berbagai
SLB-B. Dengan demikian waktu pertemuan dalam pengajaran bicara sangat terbatas,
sehingga menyulitkan mahasiswa untuk trampil melakukan perbaikan bicara pada
anak. Untuk itu perlu dilakukan inovasi – inovasi dalam perkuliahan, sehingga
kemampuan mahasiswa dalam praktek pembentukan konsonan/vocal dapat meningkat.
Inovasi yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu memanfaatkan fasilitas yang
dimiliki jurusan dan teknologi multi media semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran.
Adapun inovasi yang dipilih dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
penggunaan audio visual sebagai sarana pembelajaran. Dengan demikian diharapkan
kesulitan mahasiswa dalampraktek pembentukan bicara yaitu konsonan S pada anak
tunarungu dapat teratasi seefektif dan efisien mungkin.
- Cara Pemecahan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yaitu
melakukan percobaan – percobaan dengan memggunakan media CD pembelajaran bicara
yang dilakukan di laboratorium/kelas yang diberikan tentang teknik – teknik
perbaikan bicara. Adapun langkah – langkah sebagai berikut :
- Penyiapan dengan menyusun rencana topic materi sesuai dengan tingkat kesulitan pada masing – masing konsonan maupun vocal.
- Memperlihatkan kepada mahasiswa masing – masing teknik dalam memperbaiki bicara lengkap dengan penggunaan berbagai sarana pembelajaran dan peralatan peraga yang di perlukan.
- Melakukan diskusi tentang berbagai teknik perbaikan bicara.
- Mengumpulakan dan menganalisis data.
Untuk lebih jelasnya, maka desain inovasi yang
digunakan dalam pembelajaran dapat dilihat pada bagian di bawah ini :
Bagan desain pembelajaran artikulasi
II dengan CD pembelajaran bicara
Materi
Perkuliahan teori dan Praktek
Analiss hasil
praktek 2 dari perekaman audio visual dan diskusi dalam rangka perbaikan
praktek berikutnya
Analisis hasil
praktek 1 dari perekaman audio visual dan diskusi dalam rangka perbaikan
praktek
- Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan penelitian adalah menemukan pembelajaran yang efektif dan efisien
dalam pembentukan bicara pada konsonan S pada anak tunarungu.
- Kontribusi/Manfaat Penelitian
Kontribusi yang ingin dicapai adalah
bertambahnya wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam
pendidikan luar biasa serta dapat diaplikasi secara praktis di lapangan dan di
kelas sebagai salah satu bentuk pembelajaran di ruang kuliah, sehingga
mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam pembentukan konsonan S. dengan
demikian inovasi yang telah ditemukan dapat digunakan dalam pengajaran bicara
yaitu pembentukan konsonan S pada siswa tunarungu.
- Tinjauan Pustaka dan Hipotesis Tindakan
- Tinjauan Pustaka
- Pembelajaran bicara (konsonan s)
Belajar adalah kegiatan para siswa,
baik dengan bimbingan guru atau dengan usaha sendiri. Pendidik berusaha membantu
agar siswa belajar lebih terarah, cepat, lancer, dan berhasil baik. Atau
istilah lain dengan membelajarkan siswa. Pembelajaran agar berhasil perlu
dilaksanakan ssistematis, secara bulat dengan mempertimbangkan segala aspek.
Sebelum mengenal pembelajaran secara
khusus perlu mengenal pembelajaran secara umum. Pembelajaran di dalam kelas
baik secara klasikal atau individual dibutuhkan adanya model pembelajaran.
Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu pengertian model secara umum. Model
dalam kehidupan sehari – hari merupakan suatu pola yang di contoh, baik dalam
bentuk fisik suatu hasil kerja atu suatu pola tertentu menghasilkan perilaku
belajar yang baik. Model pembelajaran merupakan penyederhanaan dari hubungan
berbagai komponen yang ada dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
Komponen – komponen pembelajaran meliputi : metode belajar, sarana dan
prasarana, guru, siswa, kurikulum, alat evaluasi, dan sebagainya. Menurut
Zamroni, (1988:79), mengatakan model merupakan inti dari teori dalam bentuk
sederhana , sehingga mudah dibaca dan dipahami. Sedangkan menurut Winardi
(1986:53-55), mengatakan ada tiga cara untuk menyatakan model, yaitu : (1)
secara verbal menerangkan dengan kata – kata, (2) secara grafis yaitu
menerangkan dengan menyajikan diagram, dan (3) secara matematis pada ilmu
pasti.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar pada anak tunarungu yaitu :
- Prinsip Bimbingan
Bimbingan dapat diartikan suatu
proses bantuan atau tuntutan terhadap individu melalui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi
dan kemanfaatan sosial. Layanan pengajaran merupakan bantuan kepada siswa dalam
mengatasi kesulitan – kesulitan dalam kegiatan pengajaran sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuannya secara optimal.
- Prinsip Pengayaan
Pengayaan dalam pembelajaran
dimaksudkan dengan adanya pengayaan pada kurikulum yang dipelajari oleh siswa.
Kemampuan siswa dapat ditingkatkan melalui perluasan kurikulum yang dipelajari
akan mengakibatkan pengetahuan mahasiswa semakin luas dan mendetail. Pengayaan
kurikulum dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : berorientasi pada proses,
berorientasi pada konten, materi yang harus dipelajari, dan berorientasi pada
produk atau hasil.
- Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan suatu
system belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa tujuan (basic learning
objective) tertentu secara tuntas. Penguasaan terhadap tujuan sehingga dapat
dikatakan tuntas memiliki standar tertentu sesuai dengan tuntutan masing –
masing tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian standar dalam belajar tuntas pada
umumnya para siswa diharapkan minimal menguasai 85 % dari jumlah populasi peserta
didik dan dari 85 % siswa harus menguasai sekurang – kurangnya 75 % tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
- Individu dalam proses pembelajaran
Individu sebagai peserta dalam
proses pembelajaran memilikiperbedaan antara individu yang satu dengan yamg
lainnya dalam berbagai hal, yaitu : waktu dan irama perkembanagan , motif,
intelegensi, dan emosi, kecepatan belajar, dan pembawaan dan lingkungan.
Perbedaan – perbedaan tersebut dalam individu akan mengakibatkan hasil belajar
yang dicapai akan berbeda – beda pula. Oleh karena itu dalam pembelajaran
pendidik bertugas memberikan pelayanan yang tepat dan menyediakan waktu yang
cukup, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai semaksimal mungkin
oleh siswa.
- Media (Alat Bantu) dalam pembelajaran
Bahan pengajaran adalah seperangkat
materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu
ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya
tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang
digunakan dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran
sampai kepaad siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.
Dalam metodologi ada dua aspek yang paling menonjol,
yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.
Sedangkan penilaian adalh alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai
tidaknya suatu tujuan pengajaran.
P
Penetapan Isi
dan Metoda
Guru dengan
Media
Siswa
ola
pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajarn yang memanfaatkan media pembelajaran
sebagai sumber – sumber di samping guru dapat digambarkan sebagai berikut :
Tujuan
Gambar 2.1 Pola pembelajaran dibantu media
(Arifin,2000)
Dalam praktek
pembelajaran sebenarnya tidak ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran.
Pola kombinasi yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :
Salah satu
gambar yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan
media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman
dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tigkatan
pengalaman yang dikemukakan oleh bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh
mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan
kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan sampai kepada lambing verbal
(abstrak). Semakin diatas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan
itu. Perlu dicatat bahwa urut – urutan ini tidak berarti prosesw belajar dan
interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung,
tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan kelompok siswa yang dihadapi mempertimbangkan situasi belajarnya.
Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Hamalik,
1994)
Dasar pengembanagan kerucut di atas
bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan, jumlah jenis indera
yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman
langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai
informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena
melibatkan indera pengluhatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.
Ini dikenal dengan Learning by doing karena memberi dampak langsung terhadap
pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
- Penggunaan Komputer dalam Pembelajaran
Teknologi informasi (TI) merupakan salah satu bagian
teknologi yang berkembang dengan pesat dan aplikasinya sangat luas dewasa
ini.aplikasi TI yang nyata misalnya dengan hadirnya multimedia dan web, dalam
bidang pendidikan yang melahirkan terobosan baru dalam meningkatkan efisiensi
dan efektifitas proses pembelajaran.
Komputer telah diterapkan dalam bidang pendidikan
semenjak awal perkembangannya. Walaupun sangat bersifat administrative yaitu
berupa pembuatan aplikasi database dan komputerisasi, namun dalam bentuk yang
awal tersebut sudah mulai memasuki aspek pendidikan yang manual dan modul kerja
sampai pada bentuk simulasi sederhana dalam suatu proses misalnya dalam
kegiatan industri, penelitian dan administrasi.
Berkembangnya hardwere komputer
dalam 2 dekade terkhir dari mainframe yang mahal sampai PC dalam bentuk
sekarang yang kemampuannya secara bertahap telah meningkat drastis,
memungkinkan penggunaan komputer dalam pendidikan paad berbagai bentuknya,
seperti yang paling akhir ini, pendidikan jarak jauh lewat internet dan
softwere pengajaran berbagai bidang studi dalam bentuk CD softwere multimedia
yang memuat animasi, film, gambar, musik dan suara yang interaktif.
Pengajaran dengan bantuan komputer dikembangkan dari
model belajar terprograma (programmed instruction). Belajar terprograma ini
merupakan istilah umu pada system belajar yang berbeda untuk tingkat – tingkat
berbeda pula. Penekanannya terletak paad perlunya respon dengan tujuan untuk
pembentukan hasil belajar melalui control dari feedback atau reinforcement
(pemberian support yang akan berpengaruh pada psikologis siswa)
- Multimedia dalam pembelajaran bicara
Penggunaan komputer dalam
pembelajaran kimia sebenarnya sudah ada sejak beberapa decade terakhir. Bahkan
dalam beberapa tahun terakhir, buku – buku teks banyak dilengkapi dengan
softwere (multimedia) yang merupakan suplemen materi. Suplemen tersebut
biasanya berisikan hal – hal yang tidak dapat dihadirkan langsung oleh buku,
misalnya peristiwa – peristiwa yang terjadi secara kebetualn atau sengaja
dilakukan.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran bicara belum
banyak diteliti, sehingga hasilnya belum banyak dipublikasikan. Namun pada
beberapa penelitian di bidang lain menunjukkan bahwa penggunaan multimedia
tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep – konsep
(sanger,2001)
Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahn besar tersebut ialah dengan memanfaatkan multimedia yang dapat
mempresentasikan semua domain berpikir dalm pembelajaran bicara. Multimedia
tersebut haruslah memfasilitasi mahasiswa untuk berpikir baik dari segi konsep
maupun praktis.
Penggunan alat bantu pengajaran
sangat membantu mahasiswa peserta didik CD pembelajaran bicara merupakan salah
satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang sangat membantu dalam
menjelaskan hal – hal abstrak menjadi jelas dan sederhana serta lebih efisien
dalam waktu. Melalui multimedia dapat dipergunakan untuk menganalisis kegiatan
praktek yang dilakukan oleh masing – masing mahasiswa. Dengan audio visual
dapat dilakukan analisis pada kegiatan pembelajaran yang kemudian dapat
dilakukan berbagai analisis dari kelebihan dan atau kesalahan yng dilakukan
oleh mahasiswa dalam pembentukan bicara anak tunarungu. Melalaui analisis
tersebut, hasil praktek yang telah direkam, dapat diketahui mana yang perlu
perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelajaran selanjutnya
berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian hasil yang
diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara, paad anak tunarungu sangat
diperlikan adanya peralatan bantu yang memadai, karenha anak tersebut telah
memiliki permasalahan dalam pendengarannya.
- Tunarungu dan permasalahannya
- Pengertian
Tunarungu adalah peristilahan secara
umum yang diberikan kepada anak yang mengalami kehilangan/gangguan pendengaran,
sehingga ia mengalami gangguan dalam melaksanakan kehidupan sehari – hari.
Secara garis besar tunarungu dibedakan menjadi dua yaitu tuli dan kurang
dengar. Menurut Smith, M (1975:392-394); tuli bilaman mengalami kerusakan
pendengarannya dalam taraf yang berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi.
Kurang dengan bilamana ia mengalami kerusakan pendengarannya dalam taraf yang
berat, sehingga pendengarannya tidak berfungsi. Kurang dengan bilaman ia
mengalami kerusakan pendengaran, tetapi alat pendengarannya masih berfungsi.
- Karakteristik Tunarungu
Ada beberapa karakteristik tunarungu
yaitu :
- Intelegensi
Karakteristik dalam segi
intelegensi, secara potensial tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya;
ada yang pandai, sedang, dan bodoh. Namun demikian secara fungsional
intelegensi mereka berada di bawah anak normal. Hal ini disebabkan karena
kesulitan dalam memahami bahasa.
- Emosi dan sosial
Keterbatasan yang terjadi dalm
berkomunikasi pada tuanrungu mengakibatkan perasaan terasing dari
lingkungannya. Tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu
untuk memahami danmengikuti secra menyeluruh, sehingga menimbulkan emosi yang tidak
stabil, mudah curiga dan kurang percaya pada diri sendiri. Dalam pergaulan
cenderung memisahkan diri terutama dengan orang normal, hal ini disebabkan
keterbatasan dalam berkomunikasi secara lisan.
- Bahasa dan Bicara
Tunarungu dalam segi bahasa dan
bicara mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara
bahasa dan bicara denagn ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara
merupakan hasil dari proses peniruan. Sehingga tunarungu dalam segi bahasa yang
dimiliki ciri yang khas yaitu sangat terbatas dalam kosa kata, sulit
mengartikan arti kiasan, kata – kata yang abstrak.
- Media Komunikasi Tunarungu dalam Belajar
Media komunikasi tunarungu ada tiga
yaitu : oral, isyarat, dan komunikasi total.
- Media oral
Media yang digunakan tunarungu dalam
belajar menggunakan bicara. Proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru
kepada tunarungu menggunakan media bicara sebagaimana proses pembelajaran pada
anak normal dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sebagai konsekuensi logis dalam
menggunakan media oral yaitu guru harus mengajarkan bicara ada tunarungu.
- Media Isyarat
Media yang digunakan oleh guru dalm
proses pembelajaran menggunakan isyarat – isyarat sebagai pengganti kata huruf,
tidak menggunakan media bicara.Isyarat yang digunakan kadang – kadang masih
bersifat lokal sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan sesame tunarungu di
tempat lain. Untuk mengatasi masalah tersebut telah disusun kamus isyarat
bahasa Indonesia. Oleh karena itu semua tunarungu harus belajar isyarat
tersebut.
- Media komunikasi total
Komunikasi total merupakan perpaduan
dari kedua media yang terdahulu. Media ini digunakan secara bersama – sama
dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Dengan harapan bila siswa tidak
mengerti dari bentuk ucapannya, diharapkan siswa dapat mengerti melalui
isyaratnya. Untuk itu tunarungu harus belajar bicara dan belajar isyarat.
- Metode pengajaran yang efektif bagi tunarungu
Untuk menentukan metode yang efektif bagi tunarungu,
langkah yang pertama adalah memahami segala karakteristik tunarungu terutama
dalam segi bahasa dan langkah yang kedua adalah ciri khas tunarungu adalah
visual/pemata. Dalam pembelajaran tidak perlu menggunakan kata – kata yang
sulit untuk dipahami tunarungu, apalagi menggunakan kata yang abstrak, tetapi
menggunakan kata – kata yang singkat, jelas dan nyata (jika memungkinkan).
Dalam proses pembelajaran segala sesuatu yang diucapkan guru atau diisyaratkan
harus berada di jangkauan mata (dapat dilihat) tuanrungu, jika tidak dapat
dilihat oleh anak tunarungu maka pembelajaran tidak ada manfaatnya.
- Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dari pengertian belajar, model
pembelajaran, prinsip – prinsip belajar dan individu sebagai peserta didik maka
kegiatan pembelajaran diperlukan adanya keterpaduan diantara komponen dalam
belajar. Keterpadauan ini berlaku disemua jenjang pendidikan termasuk di
sekilah luar biasa. Penggunaan alat bantu pengajaran sangat membantu peserta
didik audio visual salah satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang
sangat membantu dalam menjelaskan hal – hal abstrak menjadi jelas dan sederhana
serta lebih efisien dalam waktu. Audio visual dapat dipergunakan untuk
menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan oleh masing – masing mahasiswa.
Dengan audio visual dapat dilakukan analisis pada proses pembelajaran yang
kemudian dapat dilakukan berbagai analisis dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan dalam kelas dan menganalisis segi kelebihan dan atau kesalahan
yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pembentukan direkam, dapat diketahui mana
yang perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelanjaran
selanjutnya berdasrkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian
hasil yang diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara, konsonan S pada anak
tunarungu sangat diperlukan adanya peralatan bantu yang memadai, karena anak
tersebut telah memiliki permasalahan dalam pendengarannya. Sebelum mereka
diajarkan berbagai pengetahuan, mereka perlu ditangani terlebuh dahulu pada
komunikasi secara lisan (bicara). Pembentukan bicara pada anak tunarungu
merupakan pekerjaan yang tidak mudah perlu dicari inovasi – inovasi dalam
pembelajaran bicara , sehingga kesulitan yang dihadapi para pendidik dana calon
pendidik dapat terpecahkan.
Berdasarkan uraian diatas maka
diajukan hipotesis tindakan yaitu penggunan CD pengajaran bicara sebagai
suplemen dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek pengajaran
bicara konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B.
- Rencana Penelitian
- Setting penelitian
Penelitian dilakjukan di laboratorium dengan melihat
tayangan CD mengenai pembelajaran konsonan S denga segala permasalahannya dan
SLB B sebagai tempat praktek pembelajaran pembentukan konsonan.
- Variabel
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah
peningkatan keterampilan mahasiswa dalam melakukan praktek
pembentukan/perbaikan konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B. Di samping
variable tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu : 1) input:
sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, guru, siswa, prosedur
evaluasi dsb. 2) proses KMB: Interaksi belajar, gaya guru mengajar,
implementasi berbagai metode perbaikan konsonan S dsb. 3)Out put : Hasil
belajar siswa beruapa ucapan konsonan S pada waktu berbicara, motivasi siswa,
dsb.
- Rencana Tindakan
- Perencanaan
Untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa setelah memperoleh pengetahuan secara teoritik perlu di tingkatkan
dengan kegiatan dilaboratorium. Kegiatan latihan ini untuk pembetulan konsonan
S dengan simulasi sesame mahasiswa dengan berbagai teknik perbaikan guan
memperoleh keterampilan nyata yang sesungguhnya. Pada simulasi ini dikaji mulai
dari mengetahui jenis kesulitan ynag dialami siswa pada konsonan S, termasuk
sarana yang akan digunakan. Kegiatan simulasi jika dipandang cukup maka
kegiatan dilanjutkan dengan pemberian penanganan pada siswa tuanarungu secara
langsung di lapangan (SLB-B) dan dilakukan perekaman.
- Implementasi Tindakan
Rencana yang telah disusun dicobakan
sesuai dengan langkah yang telah dibuat yaitu proses perbaikan konsonan S pada
anak Tunarungu.
- Observasi dan Implementasi
Observasi ini dilakaukan untuk
melihat pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat dengan baik tidak
ada penyimpangan – penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang
maksimal dalam perbaikan konsonan S pada anak tunarungu. Observasi dilakukan
oleh teman sejawat dalam satu tim dan juga dilakukan perekaman lewat video
record.
- Analisis dan Refleksi
Hasil kegiatan pembentukan konsonan
S yang telah direkam, diputar kembali untuk dianalisis untuk mengetahui
kegagalan atau kesalahan yang dialami oleh praktikan dan kemudian didiskusikan
dengan dosen dan sesame mahasiswa untuk mencari penyelesaiannya yang efektif
pada kegiatan pembentukan bicara berikutnya pada tahap berikutnya.
- Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi
baik secra manual maupun melalui perekaman video, khususnya untuk data langsung
prosedur/proses. Data ini digunakan untuk melihat proses/prosedur pelaksanaan
perbaikan konsonan S dan akan digunakan sebagai dasar penilaian pada segi
perencanaan kegiatan. Disamping itu data dikumpulkan melalui tes untuk mengukur
kemampuan siswa dalam mengucapkan konsonan S. Data ini diperlukan untuk
menentukan keberhasilan perencanaan perbaikan konsonan S yang telah dibuat.
- Indikator kinerja
Sebagai tolak ukur keberhasilan bagi mahasiswa yaitu
anak tunarungu dapat mengucapkan konsonan S. Indikator ini merupakan tempat
dari rencana yang telah dibuat dan imlikasinya dalam rangka memperbaiki
konsonan S pada anak Tunarungu.
- Personalia Penelitian
1. Ketua peneliti :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Budi Susetyo,M.Pd
b. Golongan / pangkat / NIP : IVa/Pembina/131 662 488
c Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Fakultas/jurusan : FIP/Pendidikan Luar Biasa
e. Perguruan Tinggi : UPI
f. Bidang Keahlian : Pend. Aank Tunarungu/Penelitian
dan
Evaluasi
g. Waktu untuk penelitian ini : 15 Jam/minggu
h. Tugas :
1. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan
kegiatan
2. Menyusun perencanaan PBM berbasis multi media
3. Terlibat dalam semua jenis kegiatan
4. Mentyusun Laporan
2. Anggota Peneliti 1 (teman sejawat)
a. Nama lengkap dan gelar :
b. Golongan/pangkat/NIP :
c. Jabatan Fungsional :
d. Fakultas/jurusan :
e. Perguruan Tinggi :
f. Bidang keahlian :
g. Waktu untuk penelitian ini :
h. Tugas :
1. Menganalisis konsep yang ada di GBPP
2. Menyusun perencanaan PBM berbasis multi media
3. Menyusun instrument
- Jadwal pelaksanaan
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Bulan Ke
|
1
|
||
1
|
Penyusunan
Proposal
|
|
2
|
Analisis
Pokok Bahasan dan Media
|
|
3
|
Pendesainan
media pembelajaran yang digunakan
|
|
4
|
Pelaksanaan
PBM dengan audio visual
|
|
5
|
Evaluasi
Hasil Belajar Siswa
|
|
6
|
Evaluasi
Proses Pembelajaran
|
|
7
|
Analisis
hasil evaluasi
|
|
8
|
Seminar hasil
penelitian
|
|
9
|
Penyusunan
Laporan
|
- Biaya yang diusulkan
Rekapitulasi biaya
No
|
Uraian
|
Jumlah Biaya (Rp)
|
1
|
Honor Pelaksana
|
Rp. 1.340.000
|
2
|
Bahan habis pakai
|
Rp. 1.840.000
|
3
|
Peralatan
|
Rp. 2.800.000
|
4
|
Perjanjian
|
Rp. 800.000
|
5
|
Lain – lain
|
Rp. 300.000
|
Jumlah Biaya
|
Rp. 7.080.000
|
Rincian Biaya yang diusulkan
- Honor Pelaksana
Pelaksana
|
jumlah
|
Jml jam/mig
|
Jml mig/bl
|
Honor/jam
|
Jumlah
|
Ketua
|
1
|
15
|
32
|
Rp. 2000
|
Rp. 960.000
|
Anggota
|
1
|
10
|
32
|
Rp. 1500
|
Rp. 480.000
|
Jumlah
|
Rp. 1.340.000
|
- Bahan habis pakai
Bahan
|
Jumlah
|
Biaya
|
Jimlah Biaya
|
Disket
|
1 boks
|
Rp. 50.000
|
Rp. 50.000
|
ATK
|
2 set
|
Rp. 150.000
|
Rp. 300.000
|
Kertas HVS
|
5 rim
|
Rp. 30.000
|
Rp. 150.000
|
Tinta Printer
|
2 buah
|
Rp. 200.000
|
Rp. 400.000
|
Transfer ke
CD
|
10 buah
|
Rp. 30.000
|
Rp. 300.000
|
Pita Video
|
10 buah
|
Rp. 40.000
|
Rp. 400.000
|
CD
|
20 buah
|
Rp. 7000
|
Rp. 140.000
|
Akses
Internet
|
Rp. 100.000
|
||
Jumlah
|
Rp. 1.840.000
|
- Peralatan
Jenis
Peralatan
|
Spesifikasi
|
Jumlah
|
Komputer dan
Printer
|
Sewa
|
Rp. 1.250.000
|
Proyektor LCD
|
Sewa
|
Rp. 500.000
|
Handycam
|
Sewa
|
Rp. 750.000
|
VCD
|
Sewa
|
Rp. 300.000
|
Jumlah
|
Rp. 2.800.000
|
- Perjalanan
Perjalanan
|
Volume
|
Biaya
|
Jumlah
|
Lokal, Ketua
|
1 x 32
|
Rp. 10.000
|
Rp. 400.000
|
Lokal Anggota
|
1 x 32
|
Rp. 10.000
|
Rp. 400.000
|
Jumlah
|
Rp. 800.000
|
- Lain –lain
Uraian
|
Jumlah
|
Foto copy
|
Rp. 300.000
|
Jumlah
|
Rp. 300.000
|
DAFTAR PUSTAKA
Boothroyd,A. (1982). Hearing Impairments inYong
Children. Practice Hall Inc.
Engelewoods Cliffs.N.Y.
Fram, M. (1985). Auditory Training. Glendongnald
School For Deaf Children.
Victoria. Australia
Hagen, A. Van. Vermeulen R. dan
Jong, M.de. Zikelbach E. (1990). Latihan mendengar. Jakarta
Vembrianto. (1981). Pengajaran
Modul. Paramita. Yogyakarta.
Vride Varecmb. (1987). Perbaikan
Bicara. BNIKS. Jakarta
Zamroni. (1988). Pengantar Pengembangan Teori Sosial.
Jakarta
Komentar
Posting Komentar