TEORI BELAJAR
Teori
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
Teori adalah serangkaian bagian atau
variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan
fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide
pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan”
bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling
berhubungan.[1].
Kata teori
memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum,
teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain
pada sekumpulan fakta-fakta .[2] Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya
diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang
konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan
kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan
pada pembuktian matematika.
Sedangkan
secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman
mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan
abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang
dunia sosial.[3]. Perlu diketahui bahwa teori
berbeda dengan idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan
teori dan ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka
berbeda. Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan
teori. Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan
oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah
ideologi.
Dalam ilmu
pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami
atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi
menurut metode
ilmiah. Teori juga
merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk
menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda
mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing
mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak
pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.
Istilah teoritis
dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori
namun belum pernah terpengamatan. Sebagai contoh, sampai dengan akhir-akhir
ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis
karena diramalkan menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di
alam. Terdapat miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah
mendapatkan cukup bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya
akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena
definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan tetap menjadi
teori, dan hukum akan tetap menjadi hukum.[4]
Elemen Teori
Di dalam
sebuah teori terdapat beberapa elemen yang mengikutinya. Elemen ini berfungsi
untuk mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut.
Elemen pertama yaitu konsep. Konsep adalah sebuah ide yang diekspresikan dengan
symbol atau kata.[5]. Konsep dibagi dua yaitu, simbol
dan definisi.Dalam ilmu alam konsep dapat diekspresikan dengan simbol-simbol
seperti, ”∞” = tak terhingga, ”m”= Massa, dan lainya. Akan tetapi, kebanyakan
di dalam ilmu sosial konsep ini lebih diekspresikan dengan kata-kata tidak
melalui simbol-simbol. Menurut Neuman kata-kata juga merupakan simbol karena
bahasa itu sendiri adalah simbol. Karena mempelajari konsep dan teori seperti
mempelajari bahasa. Konsep selalu ada di mana pun dan selalu kita gunakan.[6]. Misalnya kita membicarakan tentang
pendidikan. Pendidikan merupakan suatu konsep, ia merupakan ide abstrak yang
hanya di dalam pikiran kita saja.
Elemen kedua
yaitu Scope [7]. Dalam teori seperti yang
dijelaskan di atas memiliki konsep. Konsep ini ada yang bersifat abstrak dan
ada juga yang bersifat kongkret. Teori dengan konsep-konsep yang abstrak dapat
diaplikasikan terhadap fenomena sosial yang lebih luas, dibanding dengan teori
yang memiliki konsep-konsep yang kongkret. Contohnya, teori yang diungkapkan
oleh Lord Acton ”kekuasaan cenderung dikorupsikan”. Dalam hal ini kekuasaan dan
korupsi ada pada lingkup yang abstrak. Kemudian kekuasaan ini dalam lingkup
kongkret sepeti presiden, raja, jabatan ketua RT,dll. Dan korupsi dalam lingkup
kongkret seperti korupsi uang. .[8].
Elemen
ketiga adalah relationship. Teori merupakan sebuah relasi dari konsep-konsep
atau secara lebih jelasnya teori merupakan bagaimana konsep-konsep berhubungan.
Hubungan ini seperti pernyataan sebab-akibat (causal statement) atau proposisi.
Proposisi adalah sebuah pernyataan teoritis yang memperincikan hubungan antara
dua atau lebih variable, memberitahu kita bagaimana variasi dalam satu konsep
dipertangggung jawabkan oleh variasi dalam konsep yang lain. Ketika seorang
peneliti melakukan tes empiris atau mengevaluasi sebuah hubungan itu, maka hal
ini disebut sebuah hipotesa. Sebuah teori sosial juga terdiri dari sebuah
mekanisme sebab akibat, atau alasan dari sebuah hubungan, sedangkan mekanisme
sebab akibat adalah sebuah pernyataan bagaimana sesuatu bekerja. [9]
Daftar teori
- Hukum: Teori Hukum Pembangunan | Teori Hukum Progresif | Teori Hukum Integratif
- Biologi: Teori evolusi
- Ekonomi: Teori keputusan
- Klimatologi: Teori pemanasan global
- Ilmu komputer: Teori komputasi
- Geologi: Tektonik lempeng
- Sastra: Literary theory
- Matematika: Teori "chaos" | Teori graf | Teori bilangan | Teori probabilitas
- Statistika: Teori nilai ekstrem
- Musik: teori musik
- Fisika: Grand unification theory | Teori medan kuantum | Teori akustik | Teori relativitas khusus | Teori relativitas umum |
- Sosiologi dan filsafat: Critical social theory
Macam-macam Teori Belajar
Posted by' Haryanto,
S.Pd onNovember 3, 2010
Macam-macam Teori Belajar
Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran
secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif,
emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,
meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai,
dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa
yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi
merupakan teori-teori belajar.
Teori belajar adalah upaya
untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita
memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
(Wikipedia)
Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis
mengenai teori-teori belajar,
yaitu: teori belajar behaviorisme,
teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati
pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran
berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di
mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
Teori behavioristik adalah
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori
dan praktik pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan
model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar
kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori
kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari
ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi
dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam
konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa
dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat
keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya
dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Kata kunci artikel :
Pembelajaran kooperatif
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pembelajaran
kooperatif atau cooperative
learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang
dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa.[1] Tujuan pembelajaran kooperatif
setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.[2]
Strategi ini
berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial
sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif.[3] Selain itu, metode ini juga
didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning.[4] Dalam pelaksanaannya metode ini
membantu siswa untuk lebih mudah memproses
informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran
Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan
pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung
pembelajaran.
Metode
pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila
diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan
siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi
dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan
idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa
belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima
perbedaan ini.[5]
Ironisnya,
model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun
orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat.[6]
Rujukan
1. ^ Jacobsen, David A.; Eggen, Paul;
Kauchak, Donald (2009). Metode-metode pengajaran. Penerbit Pustaka
Pelajar.
4. ^ Gunter, Mary A; Estes, Thomas H.
Mintz, Susan L. (2007). Instruction: A Model Approach. Pearson
Education, Inc.,.
5. ^ >Yamin, Martinis; Ansari, Bansu
(2008). Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Gaung Persada
Press.
6. ^ Lie, Anita (2002). Cooperative
Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. PT
Grasindo.
Komentar
Posting Komentar